Minggu, 31 Oktober 2010

Nabi Saw dan Sang Pencemburu yang Mulia

Mungkin selama ini kita sering mendengar betapa cemburunya Aisyah kepada Rasulullah Saw jika beliau bercerita mengenai keelokan perangai Bunda Khadijah. Namun kali ini saya tidak akan membicarakan ummul mu’minin Aisyah, melainkan salah satu rival sekaligus partnernya yang kompak dalam "bersaing" dengan istri-istri Nabi Saw yang lain.
Beliau adalah Hafshah binti Umar bin Khaththab. Putri seorang laki-laki yang terbaik dan mengetahui hak-hak Allah dan kaum muslimin. Umar bin Khaththab adalah seorang penguasa yang adil dan memiliki hati yang sangat khusyuk. Pernikahan Rasulullah . dengan Hafshah merupakan bukti cinta kasih beliau kepada mukminah yang telah menjanda setelah ditinggalkan suaminya, Khunais bin Hudzafah as-Sahami, yang berjihad di jalan Allah, pernah berhijrah ke Habasyah, kemudian ke Madinah, dan gugur dalam Perang Badar.
Jika kita menyebut narna Hafshah, ingatan kita akan tertuju pada jasa-jasanya yang besar terhadap kaum muslimin saat itu. Dialah istri Nabi yang pertama kali menyimpan Al-Qur’an dalam bentuk tulisan pada kulit, tulang, dan pelepah kurma, hingga kemudian menjadi sebuah kitab yang sangat agung.

Persekongkolan 
Kehidupan rumah tangga Rasullah seperti halnya kehidupan rumah tangga lain yang penuh dinamika namun tidak mengurangi kemuliaannya. Beliau pun harus menghadapi sikap cemburu para istrinya serta upaya menjaga keadilan diantara mereka.
Selain Aisyah, Hafshah dikenal sebagai istri Rasulullah SAW yang pencemburu. Seringkali ia membuat ulah untuk menarik perhatian Rasulullah. Suatu hari, ketika Rasulullah menemuinya, Hafshah bertanya, "Ya Rasulullah, mengapa mulutmu bau maghafir (minuman dari getah yang berbau busuk)?" "Aku baru saja minum madu, bukan maghafir," jawab Nabi penuh tanda tanya. "Kalau begitu, engkau minum madu yang sudah lama," timpal Hafshah.
Keheranan Rasulullah makin bertambah ketika Aisyah yang ditemuinya mengatakan hal serupa. Saking kesalnya, Rasulullah mengharamkan madu buat dirinya untuk beberapa waktu. Beliau tak tahu kalau Hafshah telah "bersekongkol" dengan Aisyah untuk mengerjai Rasulullah. Keduanya cemburu lantaran Nabi tinggal lebih lama dari jatah waktunya di rumah Zainab binti Jahsy. Waktu itu Nabi tertahan karena Zainab menawarkan madu kepada beliau.

Ulah (Kecerdikan?) yang Tiada Habis
Membicarakan kehidupan Hafshah binti Umar bin Khattab ini pasti tak bisa lepas dari sifat pencemburunya yang besar. Sebenarnya, sifat cemburunya itu lahir dari rasa cintanya yang mendalam kepada Rasulullah. Ia takut kalau-kalau Rasulullah kurang memberi perhatian dan cinta yang cukup kepadanya. Namun, sifat pencemburunya itu terkadang melahirkan ulah yang menggemaskan.
Pernah, dalam sebuah perjalanan Hafshah dan Aisyah dibawa serta. Kedua istri Nabi itu duduk dalam tandu di atas punggung unta yang berbeda. Selama perjalanan, Rasulullah lebih sering berada dalam tandu di atas unta Aisyah.
Pada waktu istirahat, Hafshah yang terbakar api cemburu meminta Aisyah untuk bertukar tempat. Hafshah berhasil membujuk Aisyah dengan mengatakan bahwa “Engkau dapat menikmati pemandangan yang berbeda dari dalam tanduku”. Hal ini menarik hati Aisyah dan akhirnya beliau pun bersedia bertukar tempat.
Seusai istirahat, Rasulullah naik kembali ke tandu Aisyah yang sudah ditempati Hafshah dan mengajak bicara. Beliau tak tahu kalau yang menjawabnya dengan jawaban-jawaban pendek itu Hafshah. Dan... betapa terkejutnya Rasulullah setelah ia tahu bahwa di dalam tandu itu ternyata adalah Hafhah.

Salah Satu Istri Nabi Saw di Surga
Begitu seringnya Hafshah cemburu, Rasulullah pernah berniat akan menceraikannya. Namun, Jibril datang mencegah Nabi. Rasulullah malah mendatangi anak Umar bin Khattab itu dan berkata, "Ya Hafshah, hari ini Jibril datang kepadaku dan memerintahkan kepadaku "irji' ilaa Hafshah, fainnaha hiya showwama, qowwama wa hiya azawaajuka fil jannah" (kembalilah kepada Hafshah, sesungguhnya ia wanita yang senntiasa puasa, mendirikan shalat, dan ia adalah istrimu kelak di surga).
Dialah Hafshah binti Umar, wanita yang mendapat pembelaan Jibril tatkala hendak diceraikan Rasulullah lantaran sifat pencemburunya. Jibril memberi penilaian obyektif atas diri Hafshah. Meski memiliki kelemahan dan kekurangan dengan sifat cemburunya, tapi Hafshah adalah wanita yang tekun beribadah. Ia rajin puasa sunnah dan tak pernah meninggalkan shalat tahajjud. Maka Jibril pun membelanya, bahkan menyampaikan jaminan Allah bahwa Hafshah termasuk salah satu istri Nabi di surga.
Kecemburuan istri-istrinya sebenarnya dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan manusiawi oleh Rasulullah. Apalagi, beliau dikenal orang yang paling sabar dalam menghadapi berbagai persoalan, termasuk ulah istri-istrinya. Namun, yang membuatnya marah adalah jika rasa cemburu itu mendorong istri-istrinya atau dirinya melakukan maksiat kepada Allah.
Rasulullah pernah ditegur Allah lantaran mengharamkan madu dan istrinya Maria akibat ulah Hafshah. Rasa cemburu yang seperti inilah yang tidak dibenarkan Rasulullah.
Akibat rasa cemburunya yang berlebihan itu, Hafshah ditegur langsung oleh Allah melalui firman-Nya dalam surat At-Tahrim:3 dan 4. Tapi, putri Umar bin Khattab itu pulalah yang dibela Jibril ketika hendak dicerai oleh Rasulullah karena memiliki kelebihan-kelebihan dalam sisi peribadatannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar